MAKALAH
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK
(TAK)
OLEH :
KELAS A3-010
KELOMPOK V
AWALUDDIN (2110142)
SUNARDI
(2110143)
NI’MAWATI M. (2110144)
MARHAMA (2110145)
VIVIE VILANTI YUSUF (2110146)
SYAMSINAR SYAM (2110147)
TAUFIK NUGROHO (2110148)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMK
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok dan tidak lupa juga kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW dengan judul “TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK”.
Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah
kami, Ucapan terimah kasih kepada :
1.
Ketua STIK GIA Makassar Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep atas segala fasilitas yang telah disediakan dalam menunjang pembuatan makalah kami.
2.
Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II pak Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC, MN atas segala bimbingan selama pembuatan makalah ini.
3.
Ayahanda dan
Ibunda kami yang selalu setia memberikan doa dan restu mereka kepada kami dalam
segala kegiatan yang berhubungan dengan perkuliahan kami.
4.
Teman-teman
kami yang telah bersedia membantu kami dalam memberikan saran sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua dan besar pula harapan kami kepada siapapun yang
mempunyai saran maupun kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah-makalah
kami berikutnya.
Makassar, 1
Maret 2013
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
I.1. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
I.2. Tujuan............................................................................................................................ 1
I.3. Ruang Lingkup............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
II.1. Defenisi Terapi Aktivitas
Kelompok.......................................................................... 2
II.2. Tujuan Terapi Aktivitas
Kelompok........................................................................... 2
II.3. Manfaat Terapi Aktivitas
Kelompok......................................................................... 3
II.4. Tahap-Tahap Terapi Aktivitas
Kelompok................................................................ 3
II.5. Peran Perawat Terapi Aktivitas
Kelompok.............................................................. 4
II.6. Macam-Macam Terapi Aktivitas
Kelompok............................................................. 5
II.7. Kerangka Teoritis Terapi
Aktivitas Kelompok........................................................ 7
II.8. Terapis.......................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 10
III.1. Kesimpulan................................................................................................................. 10
III.2. Saran........................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Manusia sebagai
mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling
behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud
antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan
orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah
individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam
satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan
timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan
kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan
memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau klien,
dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas
kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing)
pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).
Terapi
aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa
ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan
kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok
untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya
dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam
kelompok.
I.2.
Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Terapi Aktivitas Kelompok serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
I.3.
Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu
dan kemampuan yang kami miliki serta sesuai
materi yang harus dibahas dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen mata
kuliah, maka ruang lingkup makalah ini terbatas
pada pembahasan Defenisi TAK, Tujuan TAK, Manfaat TAK, Tahap-Tahap TAK,
Peran Perawat TAK, Macam-Macam TAK, Kerangka Teoritis TAK dan Terapi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
DEFENISI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Kelompok adalah
kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya,
saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan
kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok
mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan
kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman
dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan
demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk
uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.
Terapi
aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
II.2
TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1.
Mengembangkan
stimulasi kognitif
Tipe:
biblioterapy
Aktivitas:
menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan
mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2.
Mengembangkan
stimulasi sensori
Tipe: music,
seni, menari.
Aktivitas:
menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe: relaksasi
Aktivitas:
belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan
imajinasi.
2
3.
Mengembangkan
orientasi realitas
Tipe: kelompok
orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas:
focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi
kebutuhan.
4.
Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok
remitivasi
Aktivitas:
mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok
mengingatkan
Aktivitas:
focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
Secara umum tujuan kelompok adalah :
1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2. Memberikan pengalaman dan penjelasan
pada anggota lain
3. Merupakan proses menerima umpan balik
II.3 MANFAAT TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK
Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :
1.
Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality
testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2.
Melakukan sosialisasi.
3.
Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
Secara khusus manfaatnya adalah :
1.
meningkatkan
identitas diri
2.
menyalurkan
emosi secara konstruktif
3.
meningkatkan
ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :
1. Meningkatkan
keterampilan ekspresi diri.
2. Meningkatkan
keterampilan sosial.
3. Meningkatkan
kemampuan empati.
4. Meningkatkan
kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
II.4
TAHAP-TAHAP DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen,
1995, fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
A.
Pre kelompok
Dimulai dengan
membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan
kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan
kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
3
B.
Fase awal
Pada fase ini
terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.
1.
Orientasi.
Anggota mulai
mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai menunjukkan
rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
2.
Konflik
Merupakan masa
sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3.
Kebersamaan
Anggota mulai
bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
C.
Fase kerja
Pada tahap ini
kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
D.
Fase terminasi
Ada dua jenis
terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi
premature, tidak sukses atau sukses.
II.5 PERAN
PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Peran perawat jiwa professional dalam
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah
:
1.
Mempersiapkan
program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas
kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan
panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat
disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan
dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi
ruangan serta uraian tugas terapis.
2.
Tugas sebagai
leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan
mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu
anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan
memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3.
Tugas sebagai
fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta
dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus
pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4
4.
Tugas sebagai
observer
Tugas seorang observer meliputi :
mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi
aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
5.
Tugas dalam
mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah
kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik
individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut
tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang
mendasari terapi aktivitas tersebut.
6.
Program
antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam
terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan
ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok
sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian
ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar
ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan
& Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di
dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh
pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin
kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota
kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul
professional.
Stuart & Sundeen (1995)
mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok
adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta
mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai
leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
II.6
MACAM-MACAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. Terapi
aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus
kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi
proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
5
Tujuan :
a.
Meningkatkan
kemampuan orientasi realita
b.
Meningkatkan
kemampuan memusatkan perhatian
c.
Meningkatkan
kemampuan intelektual
d.
Mengemukakan
pendapat dan menerima pendapat orang lain
e.
Mengemukakan
perasaanya
Karakteristik :
a.
Penderita
dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b.
Menarik diri
dari realitas
c.
Inisiasi atau
ide-ide negative
d.
Kondisi fisik
sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan
2.
Terapi
aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk
menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a.
Meningkatkan
kemampuan sensori
b.
Meningkatkan
upaya memusatkan perhatian
c.
Meningkatkan
kesegaran jasmani
d.
Mengekspresikan
perasaan
3.
Terapi
aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi
realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata
(realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi
represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a.
Penderita mampu
mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan
stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b.
Penderita dapat
membedakan antara lamunan dan kenyataan
c.
Pembicaraan
penderita sesuai realita
d.
Penderita mampu
mengenali diri sendiri
e.
Penderita mampu
mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a.
Penderita
dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan
depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b.
Penderita
dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
c.
Penderita
kooperatif
d.
Dapat
berkomunikasi verbal dengan baik
e.
Kondisi fisik
dalam keadaan sehat
6
4.
Terapi
aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi
untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi
psikoterapis untuk :
a.
Memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal
b.
Memberi
tanggapan terhadap orang lain
c.
Mengekspresikan
ide dan tukar persepsi
d.
Menerima
stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a.
Penderita mampu
menyebutkan identitasnya
b.
Menyebutkan
identitas penderita lain
c.
Berespon
terhadap penderita lain
d.
Mengikuti
aturan main
e.
Mengemukakan
pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a.
Penderita
kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
b.
Penderita
sering berada ditempat tidur
c.
Penderita
menarik diri, kontak sosial kurang
d.
Penderita
dengan harga diri rendah
e.
Penderita
gelisah, curiga, takut dan cemas
f.
Tidak ada
inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
g.
Sudah dapat
menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5.
Penyaluran
energy
Penyaluran energi merupakan teknik
untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan
pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin
secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
Tujuan :
a.
Menyalurkan
energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan
perasaan
c.
Meningkatkan
hubungan interpersonal
II.7
KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1.
Model fokal
konflik
Menurut
Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada
individu.
7
Prinsipnya:
terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir konflik
untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota kelompok memahami
konflik dan mencapai penyelesaian konflik
Menurut model
ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan kesempatan
kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
menyelesaiakan masalah.
2.
Model
komunikasi
Model
komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi
terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok
akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari
kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan
menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah
individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader
mengajarkan pada kelompok bahwa:
a.
Perlu
berkomunikasi
b.
Anggota harus
bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal,
terbuka dan tertutup.
c.
Pesan yang
disampaikan dapat dipahami orang lain
d.
Anggota dapat
menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan
komunikasi efektif
Model ini
bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social anggota
kelompok.
Selain itu
teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi
lebih efektif.
Selanjutnya
leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan
bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi
tersebut.
3.
Model
interpersonal
Sullivan
mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) dagambarkan
melalui hubungan interpersonal.
Contoh:
interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah
laku anggota lain.
Pada teori ini
terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari
interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat
dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan
kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah
laku/perilaku.
8
Contoh: tujuan
salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada
saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk
mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik
apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan
untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4.
Model
psikodrama
Dengan model
ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang
baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan
yang perna dialami.
Contoh: klien
memerankan ayahnya yang dominin atau keras.
II.8
TERAPIS
Terapis adalah
orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami
gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
a.
Dokter
b.
Psikiater
c.
Psikolog
d.
Perawat
e.
Fisioterapis
f.
Speech teraphis
g.
Occupational
teraphis
h.
Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti
yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk
terapi aktivitas kelompok adalah :
a.
Pengetahuan
pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya
setempat
b.
Memiliki konsep
teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam
memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis
c.
Memiliki teknis
yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki
melalui pengalaman klinis dengan pasien
d.
Memiliki
kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang
tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan
dirasakan pasien dibelakang kata-katanya
e.
Memiliki
kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang
dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
f.
Harus mampu
menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya
9
BAB III
PENUTUP
III.1
KESIMPULAN
Kelompok adalah
kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya,
saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan
kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk
membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi
aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
III.2
SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui
tentang terapi aktivitas kelompok serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik
keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar